Miris, 3 Obat Mematikan Ini Dilegalkan di AS

Ilustrasi obat berbahaya.

Sementara AS memperdebatkan reformasi kebijakan obat dan legalisasi ganja, ada satu aspek dari perang terhadap narkoba yang masih bertentangan, yaitu beberapa obat yang paling berbahaya di Amerika Serikat adalah legal.

Tidak percaya? Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menunjukkan bahwa, beberapa obat yang berbahan dasar opioid bertanggung jawab atas kematian langsung di tahun 2011.

Banyak efek negatif yang ditimbukan dari obat-obat ini. Dan yang paling parah adalah dapat menyebabkan kematian. Bagaimana mungkin obat-obat berbahaya seperti ini dilegalkan di AS? Baiklah, berikut ulasan mengenai tiga obat mematikan tersebut.

1. Tembakau.
Dilaporkan, penyebab kematian di Amerika disebabkan karena overdosis obat, kecelakaan lalu lintas, pembunuhan serta gabungan dari masalah kesehatan yang disebabkan oleh tembakau, seperti kanker paru-paru dan penyakit jantung.

Secara keseluruhan, merokok menjadi penyebab satu dari lima kematian di Amerika Serikat setiap tahunnya, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hampir 42 ribu dari total 480 ribu kematian akibat merokok disebabkan oleh asap rokok.

Penggunaan tembakau di AS sudah menurun dalam beberapa dekade terakhir, meskipun hampir satu dari lima siswa SMA dan orang dewasa masih merokok pada tahun 2011. Para ahli melakukan berbagai upaya untuk penurunan merokok, seperti kampanye pendidikan, label peringatan, larangan merokok di tempat umum dan tempat kerja dan pemberian pajak tinggi untuk produk tembakau. Melanjutkan upaya ini, para pejabat kesehatan akan terus berusaha untuk menekan tingkat merokok di Amerika Serikat.

2. Alkohol.
Masalah kesehatan yang ditimbulkan dari alkohol antara lain, penyakit hati dan penyebab lebih dari 26 ribu kematian pada tahun 2011. Tapi yang mengejutkan adalah jumlah kematian yang disebabkan oleh alkohol (termasuk mengemudi dalam keadaan mabuk) dan kecelakaan lainnya yang melibatkan alkohol, jumlahnya mengalami kenaikan menjadi 88 ribu per tahun.

Sebuah analisis yang dipimpin oleh peneliti Inggris, David Nutt yang diterbitkan dalam The Lancet, mengambil sampel dari 20 obat yang paling populer di seluruh dunia dan risiko yang ditimbulkan dari obat tersebut. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa akibat yang ditimbulkan dari obat-obat ini antara lain, kematian, kerusakan fisik, ketergantungan, gangguan fungsi mental, kejahatan dan sebagainya yang masing-masing obat diberikan skor. Dan hasilnya, mereka menyimpulkan alkohol merupakan obat yang paling berbahaya untuk masyarakat secara keseluruhan.

Apa yang membuat alkohol sangat berbahaya? Efek kesehatan jika minum berlebihan dan mengemudi dalam keadaan mabuk merupakan dua masalah yang jelas. Tapi ada masalah lain dan utama yang ditimbukan oleh alkohol, seperti kerusakan, biaya produtivitas ekonomi, kemalangan keluarga bahkan kejahatan. Alkohol merupakan faktor penyebab kekerasan dan kejahatan sebesar 40 persen, menurut Dewan Nasional Alkoholisme dan Ketergantungan Obat.

3. Painkillers (obat penghilang rasa sakit).
Berbahan dasar opioid, obat penghilang rasa sakit juga dikaitkan dengan peningkatan kematian akibat overdosis sejak tahun 1999. CDC menemukan sebesar 31 persen kematian akibat overdosis disebabkan oleh painkillers di tahun 2011 yang juga terkait dengan benzodiazepin, obat anti-kecemasan hukum. Obat penghilang rasa sakit telah menjadi penyebab ribuan kematian setiap tahunnya.

Para pembuat kebijakan telah bertindak dengan menempatkan pembatasan ketat atas distribusi obat ini, dengan cara menindak pabrik pil atau dokter, klinik dan apotek yang memberikan resep obat penghilang rasa sakit untuk alasan non medis.

Tetapi kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran yaitu, membatasi peredaran obat penghilang rasa sakit, membuat orang sulit untuk mendapatkan obat yang benar-benar orang perlukan untuk penyakit kronisnya guna melemahkan rasa sakit. Sebuah laporan di tahun 2011 dari Institute of Medicine menemukan bahwa, banyak orang Amerika yang menderita nyeri kronis. Dan beberapa laporan menunjukkan, dokter lebih memilih menghindari bekerja untuk pengobatan nyeri kronis karena rintangan hukum dan peraturan yang begitu besar.

share LINE to friends