Anak 6 Tahun Korban Bully, Saking Trauma Sampai Mau BUNUH DIRI. Salah Siapa ?

Tangisan hati seorang ibu. Kepada Yth Bapak Jokowi Presiden Republik Indonesia. Selamat siang pak, maaf mengganggu makan siang bapak. Saya seorang ibu yang saat ini mencari keadilan utk anak saya.

Anak yang baru berusia 6 th salah satu generasi muda penerus bangsa ini. Anak saya telah mengalami tindakan bully di sekolahnya. Beberapa waktu lalu kacamatanya slalu dirampas dan dilempar demikian juga dengan buku agama dan alat tulisnya oleh teman yang bukan sekelas dia (beda kelas dan hanya sekelas saat pelajaran agama).

Jum'at 18 september 2015 anak saya tiba2 panas tinggi dan dia ketakutan utk sekolah. Kemudian dia cerita kalo dia dipukuli di sekolahnya minggu lalu. Jum'at itu juga saya menghadap wakil kepala sekolah dan ketua yayasan. Saat saya bicara dengan yayasan, beliau menyaksikan sediri pelaku ini sedang memukuli temannya (kebetulan saat senam pagi) siangnya wakil kepala sekolah menemui saya yang sedang memberikan obat untuk anak saya, seenak jidatnya saja dia bilang anak saya anak yang iseng.

Pas bubaran sekolah saya sedang bicara dengan ibu2 yang lain dan tiba2 ada seorang anak berteriak pada saya bahwa dia melihat anak saya minggu lalu di tonjok ulu hatinya dan ditendang penisnya. Senin pagi saya dan suami menemui kepala sekolah. Entah kepala sekolah yang amnesia atau sudah di setir sama atasannya. Kepala sekolah malah bilang bahwa kagak mengetahui kejadiannya, padahal jumat siang menurut pengakuan anak2 yang berada di kelas pelaku siang itu kepala sekolah dan wakil kepsek masuk ke kelas mereka dan membicarakan kenakalan pelaku dan meminta pelaku tidak mengulangi perbuatannya.

Dari hari jum'at ke senin itu apa dengan mudahnya dia melupakan pernyataan dia sendiri. Senin siang saya dipanggil kepsek dan wali kls 1. Mereka mengatakan tidak ada rekaman cctv pemukulan anak saya. Dan mereka melihat anak saya bermain dengan teman lain dan pelaku main dengan yang lain. Kagak ada 5 menit mereka bilang hari itu pelaku tidak masuk sekolah.

Lhaaa bagaimana mugkin tadi mereka bilang pelaku tidak main dengan anak saya dan skrg kgk ad 5 mnt mereka bil pelaku kgk msk sekolah. Saya sendiri tidak diksh liat rekam cctv mereka hanya bil sudah di save di flash disc. Lalu saya bil ada saksi mata. Awalnya mereka keberatan utk menemui saksi mata dengan berbagai alasan, kmdn saya tlp saksi mata dan saya speaker terlihat jelas mereka lemas dan ketakutan mendengar pernyataan saksi mata.

Lantas saya bil ayo kita ke rmh sakit lakukan visum. Mereka menolak dan bil jangan seenakny ibu sendiri semua keputusan bukan di tgn ibu tp di tgn yayasan. Kami akan hubungi ibu selasa pagi bagaimana hasil keputusannya. Hari selasa karna sakit anak saya tidak sekolah namun anak saya tetap mengikuti ujian karna anak saya anak yang bertanggung jawab atas pendidikannya. Malam hariny karna sudah lemas kami membawanya ke rmh skt.

Hasil pemeriksaan rmh skt anak saya terkena infeksi saluran kencing dan ada nanah di saluran kencingnya. Saya berikan rekaman video anak saya dan dktr anak merekomendasikan seorang psikolog. Dari psikolog tsb diketahui bahwa anak saya menderita trauma yang sangat tinggi dan butuh wkt utk pemulihannya. Anak saya setiap tdr berteriak, menangis ketakutan dan kesakitan. Anak saya berubah menjadi anak yang pemurung.

Sementara si pelaku bebas menikmati hari2nya disekolah, sementara anak saya di rumah sakit berjuang menghadapi tekanan psikisnya. Saya sadar saya tidak akan menuntut pelaku karna masih di bawah umur (walaupun perbuatannya diluar batas kenakalan anak seusianya) saya hanya minta pihak sekolah bertanggung jawab atas kelalaian mereka. Karna pemukulan anak saya bukan yang pertama terjadi di sekolah itu.

Beberapa kali terjadi tindakan pemukulan dlm sekolah itu dan mereka slalu bilang anak ibu yang nakal atau anak ibu yang iseng. Ini sekolah menganut hukum rimbakah? Dimana anak yang nakal bebas dipukuli teman yang nakal juga. Apakah harus ada korban jiwa terlebih dahulu untuk menyadarkan pihak sekolah?

Bapak Jokowi yang saya hormati saat ini anak saya masih dalam perawatan seorang psikolog mengingat trauma yang dia dapatkan atas pemukulan tsb masih menghantui setiap mimpi2nya. Imbasnya setiap dia bermimpi pemukulan itu anak saya tidak mau makan dan minum sampai anak saya membicarakan kematian, membicarakan bagaimana seandainy dia melompat dari gedung (ruang praktik psikolog sampai psikolognya kaget mendengar pernyataan anak saya) sampai anak saya berdiam duduk di kloset kamar mandi berjam2 tanpa suara sepatah katapun.

Anak saya hanyalah seorang anak usia 6 th dengan beban mentalnya yang begitu berat dengan ketakutan dia atas pemukulan yang menimpa dirinya. Anak saya juga anak bangsa yang memerlukan Perlindungan Hukum Negeri ini bukan hanya si pelaku yang dilindungi karna masih anak2. Bagaimana dengan anak saya dia yang menjadi korban dia yang saat ini kehilangan keceriaannya, dia yang saat ini tidak dapat bersekolah lagi karna ketakutanny akan dipukuli jika dia sekolah.

Bapak Jokowi yang terhormat sebagai seorang ibu yang mengandung melahirkan dan membesarkannya dengan kedua telapak tangan saya memohon perlindungan hukum untuk anak saya. Bukan saja untuk anak saya tapi juga untuk anak2 bangsa yang menjadi korban bully. Stop bully di sekolah dan selamatkan anak bangsa dari prilaku yang tidak terpuji inj.mari selamatkan mereka yang menjadi korban bully maupun pelaku bully dengan memberikan tindakan yang tepat bagi para pelaku agar mereka jera melakukannya.

Jangan hanya pelaku saja yang mendapat perlindungan hukum bagaimana dengan korban??? Mereka juga anak2 yang berhak mendapat perlindungan hukum yang sama, mendapatkan pendidikan yang aman dan nyaman, karna kelak mereka yang akan meneruskan perjuangan dan cita2 Negeri ini. Hormat saya seorang ibu yang berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi anaknya.

Sumber : https://www.facebook.com/yessi.caroline.71/posts/865692706871921

share LINE to friends